Kamu pasti tahu bukan, bahwa tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan. Namun, peristiwa itu tidak terjadi begitu saja. Ada rangkaian sejarah menjelang proklamasi kemerdedaan Indonesia.
Beberapa rangkaian peristiwa penting mengantarkan Indonesia pada kesempatan untuk merebut kemerdekaan dari Jepang. Dimulai dari kekalahan Jepang di Perang Dunia 2.
Mari kita pelajari rangkaian peristiwa dan sejarah menjelang proklamasi kemerdekaan kita. Sehingga kamu lebih memahami perjalanan sejarah negara kita. Yuk mulai!
Senin, 6 Agustus 1945
Perjuangan kemerdekaan kita yang panjang mulai menampakkan titik terang di tanggal 6 Agustus 1945. Saat itu, bom atom pertama di dunia dijatuhkan pasukan Sekutu di kota Hiroshima.
Penjatuhan bom atom itu dipimpin oleh pasukan B-29 milik Amerika Serikat. Ledakannya dahsyat sekali, hingga 80.000 orang tewas seketika.
Hal ini menjadi pukulan keras bagi Jepang.
Apalagi ternyata efek radiasi bom atom tersebut menewaskan puluhan ribu rakyat yang berada di sekitar Hiroshima. Saat itu, Jepang mulai terpukul mundur.
Selasa, 7 Agustus 1945
Kabar tentang jatuhnya bom di Hiroshima dan melemahnya posisi Jepang di Perang Dunia 2 terdengar hingga ke tanah air.
Nah, para pemimpin kita tentu mengambil kesempatan ini dengan segera. Mereka menemui pemerintahan Jepang di Indonesia dan mendesak agar BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia) diubah menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pengubahan nama ini pengaruhnya besar sekali lho, terhadap semangat para pejuang meraih kemerdekaan. Jepang pun terpaksa mengabulkan permintaan para pemimpin kita.
Kamis, 9 Agustus 1945
Ternyata, Sekutu kembali menjatuhkan bom atom kedua. Kali ini di kota Nagasaki, 420 km dari Hiroshima.
(sumber: realhistoryonline.com)
Bom atom yang satu ini menewaskan 40.000 orang penghuni kota. Tentu saja Jepang jadi jauh lebih lemah dibanding sebelumnya. Dua bom atom ini menyebabkan mereka kalah telak di Perang Dunia 2.
Jepang pun mulai berpikir untuk memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Jenderal Terauchi, Panglima Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memanggil Soekarno-Hatta dan dr. Radjiman Wedodiningrat ke Dalat, Vietnam.
Jumat, 10 Agustus 1945
Sementara itu di tanah air, kabar kekalahan telak Jepang sampai melalui siaran radio. Sutan Sjahrir adalah orang pertama yang mendengarnya.
Beliau lalu mengumpulkan para pejuang bawah tanah dan mengajak mereka mendesak Soekarno-Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan.
Pejuang bawah tanah ini adalah para pemuda yang melakukan perlawanan terhadap Jepang secara sembunyi-sembunyi. Mereka menggalang solidaritas dan mengumpulkan dukungan dari para pemuda untuk kemerdekaan Indonesia.
Nah, Soekarno-Hatta tidak langsung menyetujuai desakan Sutan Sjahrir dan para pejuang ini. Harus ada koordinasi dulu dengan PPKI. Kalau gegabah, bisa-bisa rencana proklamasi akan gagal.
Minggu, 12 Agustus 1945
Nah, tanggal 12 Agustus, berangkatlah Bung Karno, Bung Hatta, dan dr. Radjiman ke Dalat. Dalat ini letaknya di timur laut Saigon, salah satu kota penting Vietnam.
Di sana, Jenderal Terauchi berjanji akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia paling lambat tanggal 21 Agustus 1945. Sang Jenderal juga mengakui bahwa Jepang sudah kalah di Perang Dunia 2.
Janji ini tentu menumbuhkan semangat di dada para pemimpin Indonesia.
Selasa, 14 Agustus 1945
Hari Selasa, Bung Karno dan rombongan tiba kembali di Jakarta. Sutan Sjahrir tidak menunggu lama dan segera menemui para pemimpin tersebut.
Beliau mendesak agar proklamasi kemerdekaan segera dilakukan, mumpung Jepang sedang lemah dan tidak bisa melawan pergerakan kemerdekaan Indonesia lagi.
Menurut Sutan Sjahrir, pemanggilan Bung Karno, Bung Hatta dan dr. Radjiman ke Dalat hanya akal-akalan Jepang saja. Agar Sutan Sjahrir lebih tenang, Bung Hatta lalu menceritakan hasil pertemuan mereka di Dalat.
Rabu, 15 Agustus 1945
Keesokan harinya, secara resmi Jepang menyerah tanpa syarat ke Sekutu. Kaisar Hirohito sendiri yang menyatakan hal tersebut melalui siaran radio resmi Kekaisaran Jepang.
Para prajurit Jepang di Indonesia tentu kehilangan keberaniannya juga, dong. Terjadilah kekosongan kekuasaan di Indonesia. Dimana penjajah tidak lagi berkuasa, sementara pemimpin Indonesia yang resmi juga belum ada.
Hal ini mendorong golongan pemuda mendesak Bung Karno lebih keras lagi. Momen ini harus segera dimanfaatkan untuk memerdekakan Indonesia.
Sutan Sjahrir dan teman-temannya ingin proklamasi dilakukan paling lambat keesokan harinya, tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Bung Karno masih ingin meminta pendapat para anggota PPKI yang lainnya dulu.
Mendengar respon Bung Karno, para pemuda jadi khawatir. Jangan-jangan, dalam rentang waktu tersebut Jepang bisa mempengaruhi para pemimpin lagi agar mengundur proklamasi.
Maka, para pemuda pun merencanakan untuk membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Agar para pemimpin tersebut tidak bisa dipengaruhi Jepang lagi. Juga untuk menjamin keselamatan mereka.
Sementara, Soekarno-Hatta ingin memastikan lagi kabar kalahnya Jepang. Mereka lalu berangkat ke kantor militer Jepang di Jalan Medan Merdeka. Namun kantor tersebut sudah kosong.
Bung Karno lalu melanjutkan perjalanan ke kantor Laksmana Maeda di Jl. Medan Merdeka Utara. Laksmana Maeda menyambut mereka dengan ucapan selamat. Tetapi beliau belum mendapatkan pengumuman resmi dari kekaisaran tentang kekalahan Jepang.
Mendengar hal tersebut, Bung Karno segera menjadwalkan rapat PPKI keesokan harinya pukul 10 pagi.
Kamis, 16 Agustus 1945
Kamis dini hari, para pemuda yang beranggotakan ‘Pemuda Menteng 31’ menjemput Soekarno di rumahnya. Mereka adalah Soekarni, Wikana, D.N. Aidit, dan Chaerul Saleh.
Para pemuda tersebut juga menjemput Bung Hatta dan membawa kedua pemimpin ke Rengasdengklok. Tempat tersebut berada di Karawang, Jawa Barat.
Maka, rapat PPKI yang dijadwalkan pukul 10 pagi pun gagal terlaksana, Tidak ada yang tahu tentang peristiwa penjemputan Soekarno-Hatta tersebut.
Di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dipaksa untuk mengudarakan proklamasi melalui siaran radio. Namun mereka menolak, karena pernyataan proklamasi kan harus dirumuskan terlebih dahulu.
Para pemuda pun mengalah dan bersedia mengantarkan kembali para pemimpin ke Jakarta. Mereka tiba malam hari dan Soekarno-Hatta langsung menuju rumah Laksmana Maeda bersama Sunchikiro Myoshi. Beliau adalah penerjemah dan penasihat militer Jepang.
Di rumah Laksmana Maeda di Jl. Imam Bonjol no. 1, para pemuda dan pemimpin berunding untuk merumuskan naskah Proklamasi. Mereka adalah Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Saksinya adalah Soekarni, B.M. Diah, dan Soediro.
Saat para petinggi Indonesia melakukan rapat di lantai satu, Laksmana Maeda menyingkir ke lantai dua rumahnya. Artinya, tidak ada campur tangan Jepang dalam perumusan naskah proklamasi. Rumah sang Laksamana dipilih karena tempat itu adalah lokasi teraman untuk mengadakan rapat.
Jum’at, 17 Agustus 1945
Rapat perumusan proklamasi selesai pada hari Jum’at, 17 Agustus 1945 dini hari. Para tokoh pun sepakat bahwa pembacaan proklamasi akan diadakan di rumah Bung Karno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56.
(sumber: slideplayer.info)
Tadinya, pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta), sekarang bernama Lapangan Monas. Namun kondisi keamanan saat itu tidak memungkinkan.
Para pemuda dan pemimpin pun pulang untuk mengabarkan hal tersebut dan melakukan persiapan. Ibu Fatmawati, istri Bung Karno lalu menjahit kain berwarna merah dan putih menjadi bendera untuk dikibarkan saat proklamasi nanti. Lahirlah Sang Saka Merah Putih.
Naskah proklamasi yang ditulis tangan oleh Bung Karno lalu diketik ulang oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor angkatan laut Jerman.
Tepat pukul 10.00 WIB, Bung Karno didampingi oleh Bung Hatta dan sejumlah tokoh kemerdekaan membacakan teks proklamasi. Sang Saka Merah Putih pun dikibarkan.
Inilah momen emas kelahiran Indonesia yang merdeka.
Sabtu, 18 Agustus 1945
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, maka selanjutnya adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pengesahan tersebut dilakukan oleh PPKI.
Sebelumnya PPKI juga telah mengesahkan Pancasila sebagai dasar negara kita. Maka, lengkap sudah komponen untuk menjalankan Indonesia sebagai negara yang telah merdeka.
Kesimpulan
Ternyata, ada rangkaian penting sejarah menjelang proklamasi kemerdekaan kita. Para pemimpin dan pejuang telah menjalankan tugas mereka dan membawa kita keluar dari penjajahan. Sekarang, giliran kamu mengisinya dengan pembangunan.
Nah, agar kamu lebih ingat tentang sejarah menjelang proklamasi, ayo kerjakan soal-soal latihannya! Soal-soal tersebut akan membantumu agar lebih mudah memahami sejarah kemerdekaan kita.
klik tombol di bawah, ya. Semangat mengerjakan!